Sabtu, 06 Februari 2010

Masjid

Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Secara 
teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara 
maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti menyembah, jika 
kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu 
yang dipandang besar atau agung. Sedangkan sajadah dari kata 
sajjadatun mengandung arti tempat yang banyak dipergunakan untuk 
sujud, kemudian mengerucut artinya menjadi selembar kain atau karpet 
yang dibuat khusus untuk salat orang per orang. Oleh karena itu 
karpet masjid yang sangat lebar, meski fungsinya sama tetapi tidak 
disebut sajadah.

Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid, oleh karena itu kata Nabi, Tuhan menjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama salat berjamaah. Pengertian ini juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk salat Jum'at disebut Masjid Jami`. Karena salat Jum`at diikuti oleh orang banyak maka masjid Jami` biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk salat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut Musholla, artinya tempat salat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama langgar atau surau.
Jika menengok sejarah Nabi, ada tujuh langkah strategis yang 
dilakukan oleh Rasul dalam membangun masyarakat Madani di Madinah. 
(1) mendirikan Masjid, (2) mengikat persaudaraan antar komunitas 
muslim, (3) Mengikat perjanjian dengan masyarakat non Muslim, (4) 
Membangun sistem politik (syura), (5) meletakkan sistem dasar 
ekonomi, (6) membangun keteladanan pada elit masyarakat, dan (7) 
menjadikan ajaran Islam sebagai sistem nilai dalam masyarakat.

Ketika Nabi memilih membangun masjid sebagai langkah pertama 
membangun masyarakat madani, konsep masjid bukan hanya sebagai 
tempat salat, atau tempat berkumpulnya kelompok masyarakat (kabilah) 
tertentu, tetapi masjid sebagai majlis untuk memotifisir atau 
mengendalikan seluruh masyarakat (Pusat Pengendalian Masyarakat). 
Secara konsepsional masjid juga disebut sebagai Rumah Allah 
(Baitullah) atau bahkan rumah masyarakat (bait al jami`).
Secara konsepsional dapat dilihat dalam sejarah bahwa masjid pada 
zaman Rasul memiliki banyak fungsi :
1. Sebagai tempat menjalankan ibadah salat
2. Sebagai tempat musyawarah (seperti gedung parlemen)
3. Sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam menuntut keadilan 
(seperti kantor pengadilan) 
4. Secara tak langsung sebagai tempat pertemuan bisnis
Yang lebih strategis lagi, pada zaman Rasul, masjid adalah pusat 
pengembangan masyarakat dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan 
mendengar arahan-arahan dari Rasul tentang berbagai hal; prinsip-
prinsip keberagamaan, tentang sistem masyarakat baru, juga ayat-ayat 
Qur'an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi interaksi antar 
pemikiran dan antar karakter manusia. Adzan yang dikumandangkan lima 
kali sehari sangat efektif mempertemukan masyarakat dalam membangun 
kebersamaan.

Bersamaan dengan perkembangan zaman, terjadi ekses-ekses dimana 
bisnis dan urusan duniawi lebih dominan dalam pikiran dibanding 
ibadah meski di dalam masjid, dan hal ini memberikan inspirasi 
kepada Umar bin Khattab untuk membangun fasilitas di dekat masjid, 
dimana masjid lebih diutamakan untuk hal-hal yang jelas makna 
ukhrawinya, sementara untuk berbicara tentang hal-hal yang lebih 
berdimensi duniawi, Umar membuat ruang khusus di samping masjid. 
Itulah asal usulnya sehinga pada masa sejarah Islam klassik (hingga 
sekarang), pasar dan sekolahan selalu berada di dekat masjid.

- Berikan komentar anda -

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers

Link :

islamic world

Dunia Islam Copyright © 2009 Not Magazine 4 Column is Designed by Ipietoon Sponsored by Dezigntuts